Minggu, 08 September 2013

7 DOSA BESAR MENURUT MAHAT MAGANDHI

Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukanpada nilai-nilai sosial.

1–Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.


Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi. Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang. Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu, lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif. Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2–Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.

3–Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4–Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.

6–Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan. Sedihnya banyak orang menginginkan “agama” atau paling tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-diam memberikan pelayanan.

7–Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun, “Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu.” Sesungguhnya ia berkata, “Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang itu merupakan penjelmaan hukum.

” Di dalam masyarakat dan organisasi-organisasi yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-prinsip itu. pun lebih tinggi dari hukum.

7 DOSA BESAR MENURUT MAHAT MAGANDHI

Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukanpada nilai-nilai sosial.

1–Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.


Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi. Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang. Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu, lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif. Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2–Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.

3–Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4–Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.

6–Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan. Sedihnya banyak orang menginginkan “agama” atau paling tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-diam memberikan pelayanan.

7–Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun, “Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu.” Sesungguhnya ia berkata, “Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang itu merupakan penjelmaan hukum.

” Di dalam masyarakat dan organisasi-organisasi yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-prinsip itu. pun lebih tinggi dari hukum.

7 DOSA BESAR MENURUT MAHAT MAGANDHI

Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukanpada nilai-nilai sosial.

1–Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.


Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi. Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang. Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu, lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif. Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2–Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.

3–Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4–Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.

6–Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan. Sedihnya banyak orang menginginkan “agama” atau paling tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-diam memberikan pelayanan.

7–Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun, “Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu.” Sesungguhnya ia berkata, “Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang itu merupakan penjelmaan hukum.

” Di dalam masyarakat dan organisasi-organisasi yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-prinsip itu. pun lebih tinggi dari hukum.

7 DOSA BESAR MENURUT MAHAT MAGANDHI

Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukanpada nilai-nilai sosial.

1–Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.


Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi. Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang. Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu, lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif. Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2–Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.

3–Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4–Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.

6–Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan. Sedihnya banyak orang menginginkan “agama” atau paling tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-diam memberikan pelayanan.

7–Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun, “Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu.” Sesungguhnya ia berkata, “Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang itu merupakan penjelmaan hukum.

” Di dalam masyarakat dan organisasi-organisasi yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-prinsip itu. pun lebih tinggi dari hukum.

7 DOSA BESAR MENURUT MAHAT MA

Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukanpada nilai-nilai sosial.

1–Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.


Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi. Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang. Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu, lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif. Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2–Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.

3–Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4–Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.

6–Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan. Sedihnya banyak orang menginginkan “agama” atau paling tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-diam memberikan pelayanan.

7–Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun, “Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu.” Sesungguhnya ia berkata, “Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang itu merupakan penjelmaan hukum.

” Di dalam masyarakat dan organisasi-organisasi yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-prinsip itu. pun lebih tinggi dari hukum.
Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukanpada nilai-nilai sosial.

1–Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.


Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi. Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang. Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu, lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif. Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2–Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.

3–Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4–Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.

6–Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan. Sedihnya banyak orang menginginkan “agama” atau paling tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-diam memberikan pelayanan.

7–Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun, “Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu.” Sesungguhnya ia berkata, “Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang itu merupakan penjelmaan hukum.

” Di dalam masyarakat dan organisasi-organisasi yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-prinsip itu. pun lebih tinggi dari hukum.

Sabtu, 07 September 2013

TEMPAT BELANJA BAHAN STEMPEL

JUAL BAHAN STEMPEL DISTRIBUTOR: JUAL BAHAN STEMPEL:
 kami menjual bahan bahan / material stempel, juga menjual mesin pembuat stempel warna dan cetak, mulai dari:
karet ronalflek,
karet spon flas, ukuran 10 x 33, 15 x 33, 18 x 30,cm
gagang cristal, ada lebih dari 100 ukuran
gagang kayu, bulat, oval, prontol
tinta flas 12 warna:
merah, ungu, biru, hitam, hijau, biru muda,
abu-abu, emas, coklat, pink, kuning, oren
GAGANG FLAS:
BULAT:
D17
D23
D25
D28
D35
D40
D45
D51
KOTAK:
1818
2222
2626
3535
4040
4545
OVAL:
OV45
OV51
TAPAL KUDA:
3313
4313
5517
1028/gantungan kunci
SEGI EMPAT
1340
1743
2243
2743
3243
1355
1755
2255
2755
3255
4355
5355
1767
2267
2767
3267
4367
5567
1778
2278
2778
3278
4378
5378
1370
1791
2291
6685
27103
43103
66103
78103
BAGI SAUDARA YANG INGIN BELANJA DI TEMPAT KAMI,
BISA MENGHUBUNGI DI NOMOR
(0274)550457
087739535931
TERIMA KASIH ANDA TELAH MENGUNJUNGI KAMI, SELAMAT BERKARYA, SEMOGA SAUDAR2 DIMUDAHKANNYA 

Senin, 02 September 2013

tempa belanja bahan bahan material dan alat stempel

toko kami menjual bahan bahan / material stempel,
juga menjual mesin pembuat stempel warna dan cetak, mulai dari: karet ronalflek,
karet spon flas, ukuran 10 x 33, 15 x 33, 18 x 30,cm
gagang flas lebih dari 50 ukuran / item,
gagang cristal, ada lebih dari 100 ukuran
gagang kayu, bulat, oval, prontol 
tinta flas 12 warna: merah, ungu, biru, hitam, hijau, biru muda, abu-abu, emas, coklat, pink,
hubungi kami dinomor
0274-550457, 087739535931

Minggu, 01 September 2013

Tsunami en Banda Aceh, Indonesia

keajaiban Ada makluk Allah berpakaian putih

Suara aneh di Rusia

RAHSIA MEKAH & NOMBOR 1.618 -- Keajaiban Allah

KUASA ALLAH/ Kuasa Allah- Malaikat turun ke Kaabah , Mekah

Heboh Ada Lafadz Allah Di Tsunami Jepang. giat-belajar.co.cc

Heboh Ada Lafadz Allah Di Tsunami Jepang. giat-belajar.co.cc

Neil Armstrong did not land on moon.

Apollo 16: Nothing so Hidden 1972 NASA Fifth Moon Landing, John Young, L...

7 DOSA BESAR MENURUT MAHATMA GANDHI

7 DOSA BESAR MENURUT MAHATMA GANDHI

7 Dosa Besar Menurut Mahatma Gandhi


1.Kekayaan tanpa kerja (wealth without work)
Orang didoktrin dengan slogan "biarkan uang yang bekerja untuk anda".
(yang tau MLM pasti pernah denger)

2.Kesenangan tanpa kesadaran (pleasure without conscience)
Orang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.
(ini contoh dari korupsi)

3.Pengetahuan tanpa karakter (knowledge without character)
Para cendekia membebek pada kepentingan penguasa dan tidak lagi memperhatikan moralitas dan kebenaran.
(kalo yang ini artinya para orang2 pinter yang dibiayai oleh pemerintah maunya cuma belain pemerintah..walaupun salah sekalipun)

4.Perdagangan tanpa moralitas (commerce without morality)
Kaum pedagang tidak memikirkan moralitas, dan lebih mementingkan keuntungan dan keuntungan. Mereka tidak peduli terhadap nasib masyarakat.

5.Ilmu tanpa kemanusiaan (science without humanity)
Para ilmuwan sibuk membincangkan norma ilmiah namun melupakan manusia yang harusnya menjadi dasar dari penegakkan ilmu.

6.Ibadah tanpa pengorbanan (worship without sacrifice)
Orang-orang yang beragama tak peduli pada pengorbanan diri untuk mensucikan hati, dan lupa pada prinsip-prinsip spiritualitas agama.

7.Politik tanpa prinsip (politics without principle)
Orang berpolitik dengan sikut kanan kiri, jilat atas injak bawah untuk kepentingan diri mereka sendiri dan demi meraih kekuasaan.